Entri Populer

Sabtu, 26 Februari 2011

My Best Friend is Nayla episode 2

Setelah selesai makan, Nayla dan Mia langsung pergi ke kamar Nayla yang terletak di lantai dua. Posisi kamar Nayla sedikit tersembunyi karena letak kamar Nayla berada di pojok. Setiap orang mungkin akan sulit untuk menemukan kamar Nayla karena dari dalam rumah yang diperlihatkan hanyalah pintu geser berbentuk lengkung yang terbuat dari kayu. Kadang beberapa orang yang mengunjungi rumah Nayla mengira pintu kamar Nayla hanyalah sebagai hiasan untuk membuat unik rumah tersebut. Nayla mendisain sendiri model kamarnya. Papa Nayla adalah seorang arsitek yang cukup sukses dibidangnya membebaskan anak-anaknya untuk mendisain sendiri kamar mereka, upaya ini dilakukan agar anak-anaknya merasa betah berada di kamarnya.
Kamar Nayla bisa dibilang unik karena kamar ini memiliki satu pintu di barat daya dan satu jendela yang melengkung di timur laut. Dua sisi lancip yang diisi dengan lampu hias yang juga saling berhadapan. Di sebelah utara terdapat doble sprinbed dan di setiap sisinya terdapat meja laci kecil yang diatasnya ditaruh lampu tidur dan beberapa bingkai foto dengan berbagai warna dan ukuran, di sebelah selatan terdapat lemari baju besar disamping kirinya adalah pintu geser dan di samping kanannya ada cermin besar, di sebelah timur terdapat rak buku kecil yang di atasnya ditaruh beberapa bingkai foto dengan berbagai warna dan model dan juga terdapat beberapa pernak-pernik hadiah ulang tahun dari papanya dan terdapat jendela yang ukurannya sama dengan rak tersebut, di sebelah barat terdapat meja belajar berbentuk huruf L yang berisi beberapa buku pelajaran, laptop dan ipod, sedangkan di tengah ruangan di beri karpet bergambar bunga-bunga berwarna ungu dan kuning. Cat kamar Nayla berwarna biru dengan beberapa wallpaper bergambar tokoh kartun kesukaan Nayla dan dihiasi oleh bingkai foto. Gorden kamar Nayla disamakan dengan warna catnya yaitu biru dengan bermotif bunga-bunga.
Nayla menaruh tasnya disamping meja belajarnya dan mengambil laptopnya. Nayla menaruh laptopnya diatas karpetnya. Mia sudah berada di atas karpet sejak pertama masuk.
“Mau dibuka gordennya atau dinyalain lampunya?” tanya Nayla. Ruangan itu memang gelap jika gordennya tidak dibuka.
“Gordennya aja deh yang dibuka, sekalian jendelanya di buka ya Nay, panas.” jawab Mia yang sedang membuka laptopnya.
“Kalo panas nyalain ACnya aja Mia.” saran Nayla saat sedang membuka gorden.
“Yang alami aja lah Nay, anginnya lebih mantep.”
“Oh, yaudah, aku ganti baju dulu ya Mi, di kamar kak Drea ada film baru tuh Mi.” Nayla mengambil kaos dan jeans pendek di dalam lemarinya. Mia memang suka menonton film dan dia sering meminjam VCD ke kak Drea.
“sip Nay, aku cari Kak Drea dulu deh” Mia bangkit dari tempat duduknya dan mencari Kak Drea.
Mula-mula Mia mencari di kamar Kak Drea yang letaknya di samping kamar Nayla.
“Kak Drea” panggil Mia sambil mengetuk pintu “Kak Drea” ulang Mia.
Terdengar langkah kaki mendekat lalu pintu terbuka dan tampaklah oleh Mia wajah Kak Drea.
“Hei Kak.” sapa Mia dengan senyum kekanak-kanakan.
“Apa Mi? mau minta traktir?” tanya Kak Drea
“Sebenernya sih enggak kak, tapi kalo kakak mau traktir sih kaga ape-ape, saya selalu siap sedia.” jawab Mia.
“Yeee, pengenan.”
“Kalo nggak pengen juga nggak bakal minta Kak.”
“Ya udah, sekarang tujuan anda kemari ada apa?”
“Tujuan saya kemari untuk meminjam VCD.”
“Yaudah masuk dah, cari aja di tempat biasa, aku mau pipis dulu.” Kak Drea lalu turun menuju ke kamar mandi.
Kamar Kak Drea berbentuk persegi panjang dan barang-barang yang terdapat di kamar ini juga tidak berbeda jauh dengan barang barang yang ada di kamar Nayla. Di sebelah utara terdapat doble springbed yang disetiap sisinya terdapat meja kecil yang diatasnya ditaruh lampu tidur dan ada jam beker didepannya, di sebelah selatan terdapat lemari baju besar yang di samping kirinya ada pintu kayu, di sebelah barat terdapat rak buku yang di gabung dengan rak untuk menyimpan VCD yang diatasnya terdapat minatur-miniatur hadiah dari papanya yang sering dinas dan disamping kirinya terdapat lampu hias, di sebelah timur laut terdapat meja belajar berbentuk L, di sebelah tenggara terdapat karpet dengan motif loreng-loreng yang diatasnya terdapat sofa kecil dan gitar di pojok ruangan. Jendela kamar berada di atas tempat tidur dengan gorden berwarna merah hati polos. Cat kamar ini berwarna hijau tua yang di hiasi dengan beberapa bingkai foto dan beberapa poster film.
Mia masuk ke kamar Kak Drea dan langsung ke bagian rak VCD, Mia sudah mengatahui seluk-beluk rumah ini dan ia juga sudah mengetahui bagian-bagian yang terdapat di kamar Kak Drea. Mia mengotak-atik isi rak tersebut ada beberapa yang sudah ia tonton ada pula yang belum. Saat sedang asik mengotak-atik tiba-tiba Nayla masuk.
“Pingin nonton apa Mi?” tanya Nayla mendekati Mia.
“Tau nih, yang seru-seru pokoknya.” jawab Mia tangannya masih meneliti beberapa sinopsis yang terdapat di sampul belakang.
“Ini mau nggak Mi.” Nayla menunjukkan salah satu film berjudul Inception kepada Mia.
“Ceritanya kayak gimana?” tanya Mia saat mengambil film tersebut.
“Kata Kak Drea sih tentang mimpi-mimpi gitu deh, aku juga belom pernah nonton, tapi kata Kak Drea nontonnya juga harus pake otak soalnya rada susah bedain mimpi yang satu sama yang lain terus bedain yang mimpi sama yang nyata.” jelas Nayla.
“Boleh juga tuh, aja Kak Drea deh biar kita ngerti bedainnya, lagi males mikir soalnya.” kata Mia setuju.
“Tapi Kak Drea nggak mau, udah bosen katanya.” Nayla kembali meneliti VDC-VDC milik kakaknya.
“Yaaaaaah, yaudah deh ganti.” Mia menaruh kembali VCD yang tadi sudah berada di tangannya.
Saat sedang asik memilih-milih VCD tiba-tiba pintu kamar di buka dan seseorang masuk dengan mengenakan seragam lengkap, hanya saja sedikit berantakan.
“Kak Drea!” kata yang pertama kali di ucapkan oleh cowok itu saat membuka pintu kamar.
“Eh ada Yayan” kata Mia saat mengetahui bahwa yang masuk adalah Yandra.
“Aku Yandra kakak, bukan Yayan” kata Yandra dengan tampang cemberut.
“Haha, dulu kan kamu di panggil Yayan, jangan meninggalkan kebudayaan asli dong” kata Mia.
“Apa Yan? Kak Drea ada di bawah kayaknya.” tanya Nayla.
“Jangan panggil aku Yan deh kak, panggil aku Bastian aja, aku ganti nama panggilan.” nama panjang Yandra adalah Bastian Andrea, kata Yandra diambil dari kedua kata yang ada dalam namanya.
“Males ah, kepanjangan.” kata Nayla cuek.
“Yaaaaaah, yaudah deh Andre aja.”
“Nggak boleh pake nama orang tua Yan.” kata Mia. Nama papa Yandra adalah Andre, Nayla, kak Drea dan Yandra memiliki nama belakang yang sama, yaitu Andrea yang artinya Andre dan Anita, nama mama Yandra.
“Yaaaaaaah, yaudah deh Yandra aja udah bagus.” Yandra terlihat kecewa. Tingi Yandra tidak berbeda jauh dengan Nayla, walaupun ia sudah duduk dibangku SMP tapi kelakuannya masih seperti anak SD. Walaupun begitu, ia mengalami nasib yang sama dengan kedua kakaknya yaitu mempunyai banyak penggemar dan termasuk dalam nominasi anak popular.
Yandra melemparkan tubuhnya ke tempat tidur Kak Drea “Nyari film paan sih Kak?” tanya Yandra
“Yang seru-seru deh Yan.” jawab Mia
“Toy Story aja Kak.” Yandra memberi usul
“Yang ke?” tanya Mia
“Satu dua seru.”
“Udah bosen!” kata Mia dan Nayla bersamaan.
“Yang ketiga udah belom?”
“Belom, kemaren belom nonton.” jawab Nayla.
“Nanti papa mau beliin lho.” kata Yandra memberi informasi
“Tumben, siapa yang minta?” kata Nayla
“Aku dong, siapa lagi?”
“Ooooooh” kata Nayla dan Mia kompak
Kak Drea masuk dengan membawa chiki. Yandra yang melihat kakaknya membawa makanan langsung menghampiri kakaknya dan merebut chiki dari tangan kakaknya.
“Belom nonton dari tadi?” tanya kak Drea yang pasrah makanannya di curi.
“Yang seru apa kak?” tanya Mia
“Semua yang ada dikamar ini seru semua, yang enggak ada di perpus noh” jawab Kak Drea santai.
“Nay, katanya ada yang mau diceritain.” kata Mia
“Oh iya, ya udah yuk ke kamarku.” ajak Nayla “Kita nggak jadi minjem VCD Kak.”
“Yeeeee, ngebrantakin aja sih.” Kak Drea mendekati laptopnya
“Ya maap Kak” kata Nayla menutup pintu kamar Kak Drea.
***
Sesampainya di kamar Nayla, Nayla mulai menceritakan sesuatu sambil mengotak-atik isi laptopnya.
“Masalah Dikta pasti ya Nay?” tanya Mia
“Iya, kayaknya mama papa ada masalah lagi deh.” jawab Nayla
“Iya, aku juga ngerasa gitu, tadi di sekolah dia nggak ada heboh-hebohnya sama sekali.”
“Pingin banget deh aku ngebantuin dia, tapi gimana, ini kan masalah keluarga, aku nggak punya hak buat ikut campur masalah mereka.” entah sudah berapa kali kata-kata itu terlontar dari bibir Nayla.
“Aku kasian sama adenya, setiap orang tua mereka mulai mengeluarkan tanda-tanda mau berantem, si Dikta berusaha bujuk adenya buat keluar biar dia nggak tau masalah itu, di ajak ke supermarket lah, ke pasar malem lah, malah kadang ke rumah aku.”
“Dikta juga kadang ke rumah aku, si Dikta curhat sama Kak Drea terus si Nabila di ajak mama sama aku main, padahal Nabila kan masih kelas satu SD, apa orangtuanya nggak pernah mikirin anaknya ya?”
“Hush, jangan ngomong kayak gitu, tapi mereka sayang banget kok sama Dikta dan Nabila, aku pernah nggak sengaja dengar mereka ngomong itu waktu ulang tahun Nabila tahun lalu.”
“Apa ini yang disebut takdir?”
“Maybe, tapi Allah pasti ngasih sesuatu dibalik semua ini, dan mungkin ini yang terbaik buat mereka, tapi takdir itu ditentukan oleh manusia itu sendiri.”
“Iya juga sih, tapi kita harus berbuat sesuatu.” wajah Nayla menampakan keseriusan.
“Berbuat apa?” tanya Mia.
“Pertama kita deketin dulu orang tuanya.” usul Nayla.
“Caranya?” tanya Mia lagi, sepertinya ia setuju dengan ide ini.
“Nah, ntu dia yang aku tak tau.” wajah Nayla kembali seperti semula.
“Same aje dong.” wajah Mia nemanpakkan kekecewaan.
“Ya udah deh, kapan-kapan kita pikirin.” kata Nayla “Udah sore nih, tak mau mandi kah kau?” Nayla membuka lemarinya.
“Ya udah deh, aku pulang dulu ya.” Mia menutup laptopnya dan memasukkannya ke dalam tas ranselnya.
***
Nayla yang sedang asik membaca komik dikagetkan dengan kedatangan adiknya. Yandra membuka pintu kamar Nayla tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Nayla yang tadinya tiduran kini duduk tegak di atas tempat tidurnya.
“Ketuk pintu dulu dong, ngagetin aja sih.” omel Nayla menutup komiknya
“Hehe, maap kak.” kata Yandra diikuti ceringan ala Yandra
“Ngapain ke sini?” tanya Nayla galak, tangannya menaruh komiknya ke dalam rak kecil di samping tempat tidurnya.
“Jangan galak-galak dong kak, nanti cantiknya ilang lho.” Yandra mendekati kakaknya, seyumannya belum lepas dari wajahnya.
“Udah permanen jadi nggak bakalan ilang.” kata Nayla jutek sedangkan Yandra mengerutkan keningnya.
Dikasih apaan ya biar permanen? Gue mau tuh resepnya, tapi bukannya tambah tua tambah jelek ya? Batin Yandra. “Oke kak, maksud kedatangan saya kemari adalah untuk meminjam pulpen.” kata Yandra.
“Pasti pulpen kamu ilang lagi deh, dasar tukang ngilangin barang, masa dua pak jadi dua minggu sih, boros banget.” omel Nayla sambil beranjak dari tempat tidurnya, ia menuju meja belajarnya dan mengambil satu pulpen dari tempat pensilnya dan memberikannya pada Yandra.
Setiap dua bulan sekali, papa Nayla membelikan dua pak pulpen, dua pak pensil, dua tipeks, dua penghapus jumbo untuk masing-masing orang. Dan yang paling awet hanya Nayla, bahkan menurut Nayla itu kebanyakan. Yandra hampir setiap hari kehilangan satu atau dua pulpen dan pensil. Sedangkan Kak Drea setiap minggu bisa menghabiskan tiga sampai lima pulpen dan satu sampai tiga pensil, hobby Kak Drea adalah mencoret-coret, jadi jangan salah kalau teman-teman kak Drea sering marah-marah ke Kak Drea gara-gara buku mereka dijadikan korban, dan tidak jarang mereka di hukum oleh guru karena meja yang mereka tempati dicoret-coret oleh Kak Drea.
Nayla melanjutkan acara membaca komiknya, ia ingin menamatkannya karena ia sudah berjanji pada Lina akan mengembalikannya besok. Pukul setengah sebelas malam Nayla sudah tidur nyenyak di atas tempat tidurnya dengan tangan yang masih menggenggam komik dan kaki kiri yang menggantung. Kak Drea masuk ke kamar Nayla, ia melihat Nayla. Kak Drea menaruh komik yang ada di tangan Nayla ke laci dan mengangkat kaki kiri Nayla hingga berada di tempat tidur lalu menyelimutinya, sebelum pergi ia berbisik ke telinga Nayla “Kakak pinjem pulpennya ya Nayla, sweet dream” lalu Kak Drea mencium kening Nayla dan pergi. Sebelum ke kamarnya, Kak Drea mengambil pulpen yang ada di meja belajar Nayla.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar